Paragraf Terakhir
(Oleh: Amaliah Black)
Google images |
Malam semakin larut
dalam kesenyapan yang mengalir searah jarum jam, namun di lantai dua sebuah
rumah, seorang perempuan berkacamata setebal tutup botol masih mengungkung di
hadapan layar laptopnya. Sesekali wajahnya meringis, terheran-heran, sampai
akhirnya serentetan tulisan yang sedang ia rampungkan mencapai titik klimaks, membuat perasaan tegang dan menggebu-gebu kian dalam menyusupi paru-parunya.
Derak
baling-baling kipas angin yang sudah usang terus beradu dengan rangkaian bunyi papan
ketik, dan perempuan itu semakin kalap. Ia terus menggerakkan kesepuluh jarinya
seperti orang kesetanan. Segenap ketakutan, kengerian, dan fantasi-fantasi yang
rajin menghantuinya setiap malam tertuangkan dalam berpuluh-puluh halaman.
“Pada pukul tiga pagi, terdengar kaca jendela
diketuk. Gorden tersibak. Tidak ada siapa-siapa. Aku sendirian. Dan setelah itu…
aku mendengar gelas yang pecah, lalu sesuatu merangkak dari bawah ranjang tidurku.”
Perempuan itu
nyaris kehabisan napas. Seraya terengah-engah, ia berusaha membaca kembali paragraf
yang baru saja diketiknya. Sontak mulutnya mengekeh. Kendati belum sepenuhnya
puas, setidaknya untuk saat ini ia cukup merasa lega dan terkesan. Cerita yang telah diatur sedemikian rupa
terasa amat nyata, dan perempuan itu harus merasa bangga pada
pemikiran-pemikiran gila yang kerap menghinggapi kepala sampai
berdenging-denging.
Sejurus
kemudian, perempuan itu mendapati kerongkongannya yang kering. Derit kaki kursi
yang menggesek permukaan lantai seketika terdengar manakala ia mencoba
beringsut. Tak lama, suara yang lain seperti menyergapi kupingnya bertubi-tubi.
Perempuan itu berusaha
meyakinkan bahwa malam ini ia memang betul-betul sendirian. Tetapi ketika
sepasang matanya bertumbuk pada jarum jam yang membentuk formasi siku, ia
kembali menggigil. Perasaan gigil yang tidak hanya ada dalam khayalannya.
Bunyi itu
semakin keras, tanpa sedikit pun memberi jeda. Sontak tirai yang membungkus
daun jendela kamar sekejap tersibak, sehingga perempuan itu bereaksi dengan
raut pasi ketika yang ia lihat hanyalah kegelapan di luar.
Prang!
Spontan ia merasakan jantungnya melesak ke bawah perut manakala suara pecahan itu menggema ke seluruh penjuru. Ia menelan ludah lalu melirik, dan sesekali… ranjang di pojok ruangan bergoyang.
Prang!
Spontan ia merasakan jantungnya melesak ke bawah perut manakala suara pecahan itu menggema ke seluruh penjuru. Ia menelan ludah lalu melirik, dan sesekali… ranjang di pojok ruangan bergoyang.
Sesuatu tampak merangkak keluar dari kolong. [ ]
Diikutsertakan
dalam event #NulisBarengAlumni yang diselenggarakan oleh Kampus Fiksi.
1 komentar
isi blognya sangat bagus bagus kak
BalasHapuscara setting internet hp advan