Satu kata buat film ini;
Nggak heran kenapa ratingnya tinggi dan dianggap kualitas Oscar!
Hokeh. Saya kasih 4,8 dari 5 bintang!
K E P A R A T
Kartun Jepun selalu sukses membikin saya lunak, jiwa binatang saya seketika hancur berkeping-keping akibat kartun-kartun fiktif khayalan dua dimensi, salah satunya ini;
Judulnya Spirited Away (dan betul-betul bikin roh dalam diri saya melambung jauh). Disutradarai oleh Miyazaki, Dewa Animasi Jepun, film ini memang layak diberi acungan empat belas miliar jempol. Saya nggak bisa menahan haru sekaligus hampa selesai menontonnya. Saya... jatuh cinta.
Awalnya saya nggak begitu tertarik, tapi melihat ratingnya tinggi banget, saya coba-coba unduh (maafkan saya yang menggandrungi barang bajakan ini), tapi nggak segera saya tonton. Sebulan, dua bulan, tiga bulan, akhirnya saya teringat sama Kaonashi my love, dan kebetulan beberapa hari terakhir saya mengalami mood swing yang kembali parah... maka sebelum saya betulan ketemu sama terapis bulan depan, saya mencoba nyari cara buat sementara memblokir simtom itu supaya nggak makin menjadi. Dan menonton film is the only way out.
Bermula dari kesasar, itu yang saya tangkap dari pengalaman Chihiro yang mengesankan, Spirited Away menuntun saya ke dalam dunia imajinasi yang serba hiperealitas. Saya langsung suka sewaktu disuguhi gambar-gambar kuil dan sejumlah pemandangan yang cakep dan sepasang manusia yang tiba-tiba disihir jadi babi.
Kebanyakan kartun Jepun memang nggak lepas dari dunia spiritual sih, meski negara itu juga dikenal sebagai produsen bokep terbesar se-Asia Raya.
Kebanyakan kartun Jepun memang nggak lepas dari dunia spiritual sih, meski negara itu juga dikenal sebagai produsen bokep terbesar se-Asia Raya.
Hee~
Chihirooo~ |
Pertama, saya pikir Spirited Away berkisah tentang hantu. Ternyata genrenya fantasi-misteri. Tergiur dengan rating di atas rata-rata, dan banyaknya review yang bertebaran di penjuru laman gugel, saya pun memutuskan buat betul-betul menontonnya sampai habis.
Seperti biasa, hal yang bikin saya kepincut duluan adalah karakternya yang bikin saya berdebar~
Haku. Dia semacam jelmaan roh naga, mrip-mirip siluman--youkai tapi nggak jahat, kok. Pas lihat pertama kalinya, saya kira cewe, ternyata lakik punya. Walaupun bukan peran utama, Hakulah yang justru bikin saya ehe ehe sepanjang film. Karena karakter Chihiro sudah terlalu lazim sebagai protagonis; baik hati, tulus, nggak pendendam, gigih dan penyayang. Sempurna. Sementara Haku, yah meski juga sempurna, tapi pembawaannya yang dingin, kalem dan serba-pasti (ditambah sepasang mata ijonya yang cemerlang dan indah uuuu), Haku langsung bikin saya lupa pada kehidupan nyata yang gersang ini, ach.
Sosok pelindung yang mengayomi (tipe aing banget heu), dan model rambut yang persis Dora, makin bikin saya kecantol lebih dalam....
Jujur, saya merasa hangat sekaligus perih sewaktu adegan Chihiro ngasih tahu nama Haku yang sebenarnya (karena di film ceritanya Haku lupa ingatan). Walaupun dilihat-lihat adegannya rada alay (Chihiro sama Haku terbang, lalu pegangan tangan, lalu saling berhadap-hadapan), di situ saya malah kepingin peluk siapa pun karena cinta platonis yang demikian selalu berhasil bikin saya jinaaaak! ;-;
Miyazaki itu maestro aslik. Doi kurang ajar. Plotnya yang penuh semiotik, metafora dan perumpamaan-perumpamaan yang dipakai buat menyindir isu sosial, semuanya terangkum di Spirited Away dengan cara paling keren.
Manisnya dapet, deg-degannya dapet, karakternya dapet, komedinya juga dapet.
Seluruh tokoh yang ada di Spirited Away memang cukup ikonik. Yuubaba, Oji-san, Zeniba, Bou dan KAONASHI!
Selain Haku, saya juga kepincut sama Kaonashi alias hantu No-Face. Sosoknya jadi ngetop banget semenjak ada anak TK yang tega nge-cosu dia di pesta halowin. Dengan tampang datar, selow dan nyebelin, itu anak mendadak viral.
Nih
Mama bangga padamu, Nak... |
Kaonashi itu hantu yang terasingkan. Dia nggak ngerti harus pergi ke mana, dan dia tertarik sama Chihiro karena cewek itu sudah mengizinkannya masuk ke tempat pemandian air panas. Mungkin jadi suka, si Kaonashi langsung ngejer-ngejer Chihiro dengan tampang ngenes...
Kaonashi nggak jahat kok. Cuma labil aja, mengingatkan saya pada diri sendiri. Dia semacam hantu kesepian yang nggak punya temen, nggak punya comrades, nggak ada seorang pun yang mengerti dia, jadinya gentayangan nggak jelas. Sedih sih, meski mukanya kadang-kadang ngeselin.
Setelah pertengahan menuju akhir, Kaonashi pun dipersilakan gabung sama Chihiro pas mau berangkat ke rumah Zeniba, nenek tua jelek sekaligus penyihir tapi enggak jahat. Di situ Kaonashi diajakin makan malam sambil minum teh, nyuci piring, mintal benang, merajut dan segala macem.
So classy~ |
He finally found a place. Kaonashi yang kesepian akhirnya diadopsi sama nenek-nenek keriput yang pengertian dan penuh welas asih. Saya bahagia dan berharap nasib saya bisa sebahagia itu juga. Heu~
Walaupun kelihatan fiktif dan penuh khayalan, tapi Spirited Away membawa banyak pesan moral dan cukup kontemplatif untuk seukuran kartun dua dimensi sepanjang dua jam lebih. Segi gambar, alur, iringan musik, dialog dan penggambaran wataknya sungguh bikin termanga. Sama sekali nggak stereotip, lyke it!
Di Spirited Away nggak ada yang sepenuhnya jahat ataupun baik. Mereka selalu punya alasan di balik tindakan-tindakan itu, dan sekali lagi, empat belas miliar jempol buat Miyazaki!
Ini Haku, bukan naga Bear Brand~ |
Hokeh. Saya kasih 4,8 dari 5 bintang!
Daisuki dattebayoooo~ |
Salam Keren,
Amaliah Black
1 komentar
suka banget sama film ghibli yg ini
BalasHapusanime terbaru