Anak Pertama

Saya mau curhat.
Akhir-akhir ini saya suka linglung. Mendadak lupa mau ngapain. Dan sekarang... tahu-tahu saya malah di sini. Entah mau nulis apa.

Setelah dipikir-pikir, hm... ya saya tulis apa yang beberapa waktu bikin fokus saya tersita banyak, deh. 

Jadi, ternyata doa saya terkabul. Kalo kalian cukup kepo dan sering ngubek-ngubek blog ini, pastilah tahu apa yang saya bicarakan. Bagi yang masih awam, ya sudah, saya sarankan buat baca curhatan ini dulu. He-he.

Awalnya saya mengutuki hape yang tiba-tiba rusak. Port USB-nya nggak berfungsi. Jadi, nggak bisa di-charge. Lagi-lagi saya suudzon duluan. Saya memang suka terburu-buru dalam berasumsi, makanya saya pikir ini semacam kutukan; hape rusak di tengah kesendirian. Bayangkan! Hidup tanpa hape itu ibaratkan laut tanpa air! 

Kosong.

Hampa.

Gersang.

Yah, mau gimana lagi. Setelah bolak-balik ke service center dan nggak ada kemajuan, terus ke tukang servis di ruko-ruko itu... ternyata hape saya divonis penyakitan stadium akut. Nggak bisa pulih. Onderdilnya nggak ada, begitulah si tukang servis bilang. Ini hape Cina, jadi sparepart-nya jarang yang jual. Harus ke servis resmi. 

Asal tahu aja, sebelum ke tukang servis itu pun, saya sudah duluan ke tempat resminya... dan nggak ada upaya sama sekali buat memperbaiki.

Oke. Saya capek cuma buat ngurusin itu doang. Ujung-ujungnya itu bangkai hape saya telantarin sampe dingin banget. Selama hampir sebulan saya hanya ditemanin hape symbian yang LCD-nya udah jebol gara-gara kena air. Huh. Untung masih bisa dipake buat komunikasi.

Karena saking frustasinya tanpa online, tanpa BBM dan tanpa Instagram... saya memutuskan buat surfing ke linimasa Twitter. Sekalinya buka, saya ketemu link info lomba menulis yang diselenggarakan oleh Penerbit Grasindo. Tajuknya sih Publisher Searchs (or Searching?) for Authors 3 atau #PSA3. Gitulah kira-kira. Dan....

Temanya ialah Korea dalam Kata dan Rasa.

Oke. Pikiran saya selalu terikut sama drama kalo udah mendengar kata 'korea'. 

Berhubung saya orangnya nggak suka pilih-pilih, jadi saya setuju-setuju aja sama temanya. Saya menyukai apa pun yang baru, kok. Jadi, saya juga lumayan suka nonton drama Korea yang kebetulan booming, lagu Korea dan beberapa artis Korea. Meski nggak terlalu fanatik, tapi saya sedikit tahu ihwal Korea, khususnya Korea Selatan.

Oh. Perlu saya ulangi. Kendala terbesar saya dalam konsisten menulis itu adalah... hape!

Worst distraction bangetlah pokoknya. Seluruh kerjaan saya bisa terbengkalai cuma gara-gara keterusan main hape. Huh!


Jadi, akibat hape rusak itulah saya bisa seutuhnya fokus sama yang namanya menulis. Dalam sebulan lebih saya bisa bikin tulisan sebanyak 147 halaman A4 dengan spasi 1,5! Hebat, nggak?

Dalam sebulan itu pula saya harus menguras seluruh pikiran, dan perasaan. Saya dituntut buat meramu tulisan sedemikian rupa supaya menarik buat dibaca. Dimulai konflik, tokoh, setting dan logika cerita. 

Bukan hal yang mudah andaikata hape saya nggak rusak. But miracle did happen! Saya ternyata bisa melakukan itu semua!

Perjuangan Selama Sebulan
Sebetulnya, saya pernah nulis dengan genre romantis dalam format novelet. Diikutsertakan ke lomba juga. Oleh Gramediana. Eh ternyata gagal. Nggak menang. 40 halaman novelet itu bahka nggak bisa narik perhatian juri. Ya saya sih pasrah aja.

Hampir setahun naskah gagal itu terpendam. Nggak disentuh sama sekali. 

Dan waktu tahu ada lomba menulis novel dari Grasindo, saya tergerak buat merombak ulang naskah gagal tersebut. Mulai dari tokoh dan setting. Kalo di novelet saya ambil setting Amerika Serikat, di naskah kali ini saya ganti jadi Korea Selatan.

Bermodalkan riset kecil-kecilan. Keping-keping CD drama Korea beserta OST-nya. Akhirnya saya mampu merampungkan naskah novel tersebut dalam waktu 40 hari dengan judul "Crystal Stairs".

Tentu ide yang saya ambil bukan murni dari pikiran saya sendiri. Konsep yang saya gunakan adalah hasil kombinasi antara ftv Korea sama komik Jepang yang pernah saya lihat.

Saya terinspirasi sama plot ftv yang dibintangi oleh T.O.P dan Seungri, personel boygrup favorit saya. Nineteen, judulnya. Menceritakan tiga anak muda sembilan belas tahun yang dituduh membunuh seorang gadis yang usianya sembilan belas tahun juga. Ini tanggapan saya tentang ftv tersebut. 

Buat komik Jepang, saya kagum sama cerita-cerita misteri yang terangkum dalam komik Black Checkmate karya Aki Morino. Berjudul Dreaming of You, Always. Saya suka alur ceritanya, tapi kurang puas sama twist di akhir. Rada maksa. Maka dari itu, lewat naskah Crsytal Stairs, saya mengembangkan plot dan twist yang kurang greget itu.

Entah kenapa, selama penggarapan naskah ini, saya sama sekali nggak pernah mengalami writer's block. Atau barangkali karena gambarannya sudah ada, atau saya yang enjoy sama jalan ceritanya. Bisa jadi karena kedua-duanya. 

Dan saya pun membuktikan kalau saya bisa menulis tanpa outline

Jadi, selama menulis Crystal Stairs, saya nggak ada arahan sama sekali. Cukup tahu apa yang bakal dilakukan para tokoh ketika awal, tengah dan akhir cerita. Tiga poin itu doang. Nggak ada kerangka yang demikian mendetail. Oleh sebab itu, selama penulisan ini pula, saya suka takjub sendiri.

Wow!

Saya selalu dapet surprise-surprise kecil. Kejutan-kejutan yang bahkan nggak saya rencanakan. Istilahnya, saya menulis dengan membiarkan tokoh itu bertindak sendiri. Menjalani perannya sendiri dan mengakhiri cerita dengan caranya sendiri.

Saya betul-betul nggak ada bayangan gimana konflik akan memuncak--walaupun naskah ini hasil rombakan dari novelet gagal itu. Dibanding menulis novelet sebelumnya, kali ini saya benar-benar masuk ke dalam cerita. Saya merasa tokoh-tokoh yang saya ciptakan itu bernyawa, saling berinteraksi dan punya karakter masing-masing.

Saya menangis bersama mereka.

Juga tertawa bersama mereka.

Dan syukur alhamdulillah. Usai sebulan lebih berkubang dalam dunia Korea, dalam carut-marutnya kehidupan tokoh yang saya buat, hasilnya nggak mengecewakan. 

Kendati nggak jadi pemenang utama, Crystal Stairs berhasil masuk ke dalam naskah pilihan. Yang kelak akan diterbitkan oleh Penerbit Grasindo. Anaknya Kompas Gramedia

Suatu kehormatan buat saya--si penulis yang persis remah-remah biskuit kedaluwarsa. Saya sempet nggak percaya kalo naskah itu bisa mencuri perhatian penerbit gede selevel Grasindo. Padahal sebelum dikirimkan ke Grasindo, saya iseng-iseng mengajukan proposal sampel naskah ke sebuah penerbit perempuan... dan ditolak! He-he.

PENGUMUMAN PSA 3
Crystal Stairs di Urutan Keenam
Ini yang namanya jodoh.

Setelah saya mengidam-idamkan punya anak sendiri sekian lamanya, si Grasindo dengan segala kerendahan hatinya mau mengabulkan impian saya.

Big-huge thanks, Grasindo!

Ngomong-ngomong, Crystal Stairs sedang dalam masa penyuntingan dan penentuan desain sampul. Semoga cepat terbit, ya!


With Love.
          

                                                                                                                                  ~ Black


You Might Also Like

0 komentar