Percakapan dalam Sebuah Kapel
(Oleh: Amaliah Black)
source: google images |
“Kau percaya pada Tuhan, Maestro?” Perempuan itu bertanya di
sela doa yang dia panjatkan. Kesepuluh jarinya terjalin di atas meja panjang di
hadapan, lalu menengadah pada salib raksasa yang menempel tepat di pertengahan
pucuk altar gereja kecil. “Apa menurutmu Tuhan itu benar-benar ada?”
Yoon Min-Jun tidak mengalihkan
matanya sedikit pun, justru menatap semakin lekat salib yang mematung di sana. Seketika,
mengianglah lantunan Ave Maria yang beberapa kali ditangkapnya, gema azan yang
sempat dia dengar ketika berkunjung ke Bukhara, bahkan alunan ritmik yang kerap
mengeruak dari balik bangunan-bangunan biara. Di dalam benak, kesemuanya saling
beradu, berusaha mendominasi satu dari yang lain. Namun, dalam perspektif Yoon
Min-Jun, semua tidak lain adalah serangkaian nada yang terkombinasi dalam
bingkai kerohanian. Dan agama, bagi
sebagian orang, adalah kebutuhan rohani itu sendiri.
“Ya, kuharap aku bisa percaya.”
Kang Dae-Yun menoleh, sejenak
memandangi sisi wajah Yoon Min-Jun. “Jadi, kenapa kau tidak percaya?”